Bocoran dari WikiLeaks menyebutkan rasa frustrasi China terhadap sekutunya Korea Utara (Korut), dan dispekulasi akan menerima Korea Bersatu dibawah pemerintahan Korea Selatan (Korsel). Tentunya hal ini mengejutkan mengingat China merupakan pendukung utama Korut.
Memo itu mengindikasikan pengerahan diplomat Amerika Serikat (AS) dan Korsel ke China, guna membahas kelangsungan rezim Pyonyang yang saat ini sudah terisolasi dari dunia internasional.
Penguakan dokumen Korut ini terjadi setelah serangan artileri Negeri Komunis tersebut ke Korsel pekan lalu. "China sepertinya cocok dengan reunifikasi Korea yang dikendalikan Korea Selatan dan meminta AS sebagai sekutu yang ramah bagi Semenanjung Korea," ungkap Wakil Korea Selatan Chun Yung-Woo dalam dokumen yang dikutip Associated Press, Selasa (30/11/2010).
Dalam dokumen itu Chun juga memperkirakan rezim Korut tidak akan bertahan untuk tiga tahun ke depan, mengingat kondisi Kim Jong-Il yang kesehatannya makin memburuk.
"China tidak berniat melakukan tekanan ekonomi untuk membentuk perubahan di Korut," lanjut Chun. Chun juga menepis kemungkinan intervensi militer China, jika kondisi di Korut berubah kacau saat Kim Jong-Il wafat.
China justru mempersiapkan diri untuk menghadapi kekacauan yang terjadi di wilayah perbatasan, yang dapat memicu terjadinya keruntuhan rezim komunis Korut.
Memo itu mengindikasikan pengerahan diplomat Amerika Serikat (AS) dan Korsel ke China, guna membahas kelangsungan rezim Pyonyang yang saat ini sudah terisolasi dari dunia internasional.
Penguakan dokumen Korut ini terjadi setelah serangan artileri Negeri Komunis tersebut ke Korsel pekan lalu.
Dalam dokumen itu Chun juga memperkirakan rezim Korut tidak akan bertahan untuk tiga tahun ke depan, mengingat kondisi Kim Jong-Il yang kesehatannya makin memburuk.
"China tidak berniat melakukan tekanan ekonomi untuk membentuk perubahan di Korut," lanjut Chun. Chun juga menepis kemungkinan intervensi militer China, jika kondisi di Korut berubah kacau saat Kim Jong-Il wafat.
China justru mempersiapkan diri untuk menghadapi kekacauan yang terjadi di wilayah perbatasan, yang dapat memicu terjadinya keruntuhan rezim komunis Korut.